Manding, NU Online Sumenep
Saat mengisi Daurah Ilmiah, Al Habib Syeikh Thariq Ghannam Al-Hasani Lebanon mengulas beberapa isi kitab at-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna’ al Maulid bi al Munkarat, karya Hadratussyeikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari. Ia menjelaskan beberapa pernyataan Mbah Hasyim tentang bentuk keimanan kepada Allah SWT.
Pasalnya, Syeikh Thariq bertanya kepada para jamaah yang hadir tentang salah seorang Kiai pengarang kitab tersebut. Para jamaah yang notabene adalah warga NU tentu tidak asing dengan nama seorang tokoh besar pendiri sekaligus Rais Akbar Jam’iyah Nahdlatul Ulama, yakni Kiai Hasyim Asy’ari.
“Apakah anda tahu Kiai Hasyim Asy’ari? Beliau ini pengarang kitab at-Tanbihat al-Wajibat,” ujarnya saat mengisi Kajian Islam Ahlussunah Wal Jama’ah, yang diselenggarakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Manding, di Masjid Babul Jannah, pada Jum’at, (19/8/2022).
Syeikh Thariq menjelaskan, bahwa di dalam kitab tersebut, Mbah Hasyim menyatakan satu kesaksian tentang Allah SWT. ‘Sesungguhnya saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hanya Allah yang pantas disembah’.
“Di dalam kitab itu Kiai Hasyim berkata sesungguhnya saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah. Allah tidak butuh bersekutu, Allah tidak serupa dengan siapapun, Allah Maha Suci, Allah yang menciptakan tempat, tapi Allah tidak butuh tempat,” tambahnya.
Atas dasar itulah, Syeikh Thariq menegaskan bahwa keyakinan tentang dzat Allah SWT itu selaras dengan ajaran Islam yang dibawa oleh para Nabi melalui wahyu dari Malaikat. Sehingga bila ada yang meyakini bahwa Allah bertempat di Arsy, menurut Syeikh Thariq, bukan orang muslim.
“Islam mengajarkan kepada kita agar kita berpikir tentang ciptaan-Nya, tentang dzat Allah SWT yang memberikan kehidupan kepada kita. Seperti makan, minum, melihat, mendengar, berjalan dan bersosial sesuai dengan Ajaran Agama Islam Ahlussunah Wal Jama’ah,” tegasnya.
Seorang ulama dari Global University Lebanon itu pun mengajak untuk senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah, yang memiliki keyakinan bahwa Allah SWT ada dan tidak membutuhkan tempat. Bahkan, Syeikh Thariq lantang menyuarakan hal tersebut dan meminta jamaah untuk mengikuti perkataannnya.
“Tetaplah kalian berada dalam keyakinan Islam Ahlussunah Wal Jama’ah ini. Jangan sampai terpengaruh oleh ajaran-ajaran lain. Bukan orang muslim jika masih meyakini bahwa Allah duduk di atas Arsy,” pintanya.
Bahwa bila dalam berdoa menadahkan tangan ke atas langit, menurut Syeikh Thariq, bukan berarti Allah SWT berada di langit. Tetapi langit adalah kiblat dalam berdoa. Sepertinya Ka’bah yang menjadi kiblat orang shalat.
“Ketika kita berdoa, menadahkan tangan menghadap ke langit, karena langit itu kiblat dalam berdoa. Layaknya Ka’bah sebagai kiblat dalam shalat,” pungkasnya.
Editor: Ibnu Abbas