Oleh: Muhammad Rasyidi
Guru adalah figur bagi siswa-siswinya. Menjadi guru tidak mudah. Mereka harus memadukan kematangan moral, emosi dan spritual untuk berperilaku sesuai kode etik. Setiap langkah dan geraknya di lingkungan sekolah maupun di luar adalah contoh dan gambar bagi semua siswanya. Tidak cukup sampai disitu, mereka juga punya keharusan untuk merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang ada.
Menjadi guru tidak cukup memposisikan diri sebagai pengajar, tetapi juga menjadi pelajar. Guru mengajar berarti ia mentransfer ilmu yang ada dan sudah dipelajari sebelumnya kepada siswa. Mengajar tidak cukup mentransfer, melainkan juga sikap dan perilaku diteladani oleh para siswa. Mendidik, mengarahkan dan menuntun para siswa berjalan pada koridor yang sesuai dengan ajaran agama. Guru, digugu dan ditiru.
Ini adalah buku antologi pertama yang ditulis oleh para guru SD di kecamatan Lenteng, Sumenep. Hakikatnya, komunitas ini dibentuk untuk membangun semangat literasi yang pada fase berikutnya ditularkan ke semua siswa-siswinya. Mereka ditanami semangat literasi sejak dini agar minat terhadap dunia literasi membumi dan mengakar dalam jati diri mereka.
Buku antologi ini memberi bukti kuat bahwa para guru yang berstatus pegawai negeri sipil tidak hanya sibuk dengan kesipilan mereka. Namun, ghirah dan semangat dalam dunia literasi masih nampak jelas. Buku ini adalah hasil dari olah pikir, kejadian sederhana dan suka-duka selama mengajar di sekolah dasar. Lebih lebih ketika hidup di kepulauan, jauh dari keluarga dan sanak famili.
Buku tidak hanya sebatas berisi puisi, namun juga terdapat beberapa cerita pendek atau lebih tepatnya kisah nyata. Pengalaman hidup dalam mengajar atau perjuangan guru saat menjadi murid dulu. Mereka tidak akan pernah menjadi guru sebelum menjadi murid terlebih dahulu. Sebagaimana yang ditulis oleh Murhakimah Shadiq, penulis menceritakan pengalamannya saat menerima raport dan dia tidak mendapatkan rangking kelas. Orang tuanya tidak memberi beban rangking kepada penulis, namun mereka hanya ingin putrinya belajar serajin mungkin.
Dan sekarang, ketika penulis juga menjadi orangtua dan putra-putrinya tidak mendapat rangking, penulis mengatakan apa yang pernah dikatakan ibunya terhadap dirinya. Jangan bebani mereka dengan rangking, ajarilah mereka segala hal yang sekiranya tidak menyalahi aturan dan syariat. Sebab, setiap buah hati terlahir dengan bakat, kemampuan dan skill yang bermacam. Tergantung bagaimana para orang tua dan guru menggali dan mengembangkan bakat yang terpendam.
Dalam membentuk masa depan siswa, tidak cukup belajar di dalam kelas saja. Akan tetapi pendidikan keluarga sangat berperan sekali dalam membentuk siswa terpelajar. Sebab, siswa semisal kertas kosong yang tidak ada oretan sama sekali. Keluarga, guru dan lingkungan sangat menentukan perkebangan siswa.
Tulisan Rasyidi sangat menohok, merilis langkah secercah harapan di pulau kangean/biarlah kurelakan kasih cintaku terberai oleh sadisnya ombak kehidupan. Penulis rela merantau ke tanah seberang, jauh dari keluarga dalam rangka mengajar, demi putra-putri negeri ini yang juga berhak mendapat pembelajaran yang layak, seperti anak-anak pada umumnya.
Pada bait berikutnya, kugantung harapan pada Tuhan/demi cinta dan cita-cita meski tak seindah nirwana. Segalanya adalah skenario yang sudah Allah tetapkan ke setiap hambanya meski seringkali hati ini menolak dan tidak terima. Jika manusia bertahan dengan segala sesuatu yang telah terjadi, dijalani dan disyukuri, akan indah pada waktunya.
Tidak hanya berbahasa Indonesia, buku antologi ini juga memuat puisi berbahasa Madura. Diantaranya adalah Agai’ Bintang dan Poser Angin. Tulisan ini dalam rangka melestarikan budaya Bahasa Madura yang belakangan ini mulai kurang diminati dan terkikis. Jika dibiarkan, maka penduduk madura akan kehilangan bahasanya sendiri.
Menarik sekali buku ini dibaca dan direnungi. Sebab, karya ini memuat tulisan yang benar-benar lahir dari hati dan pengalaman hidup. Kita akan membanyangkan kehidupan dan perjuangan para guru dalam mendidik siswa-siswinya.
Para penulis yang semuanya berprofesi guru tidak hanya punya keharusan mengajar, akan tetapi juga belajar mengembangkan potensi yang dimiliki. Dengan adanya buku ini, semoga menjadi penanda awal yang baik dan terus melanjutkan semangat literasi.
Buku :Selaksa Kisah
Penulis :Moh. Bakir, dkk
Penerbit :Kanaka Media
Terbitan :Juni, 2021
ISBN :978-623-258-602-4
Tebal Buku :160
Peresensi :Mohammad Rasyidi (tenaga pengajar di SDN IV Ellak Laok, Lenteng, Sumenep).