Pragaan, NU Online Sumenep
Rutinan bulanan Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Kecamatan Pragaan bulan ini ditempatkan di Mushalla Nurul Huda kediaman K. Suaidi Rahman Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Ahad (13/12/2020).
Perkumpulan yang diikuti alumni Annuqayah se-Kecamatan Pragaan itu mengkaji Kitab Adzkiya’ yang diampu oleh K. Abd Warits Anwar selaku Wakil Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan.
Pembahasan kali ini tentang sifat Qana’ah. Dalam penjelasannya ia menyampaikan bahwa, siapa saja yang ingin menempuh jalannya para wali harus menjalani sembilan wasiat, pertama Taubat. Kedua Qana’ah. Qana’ah yaitu hati yang lapang menerima pemberian Allah apapun keadaannya. Meskipun kenyataanya diri lebih miskin dari orang lain diterimanya itu dengan hati lapang sebagai pemberian Allah yang harus disyukuri.
“Apa yang dimiliki diri ini yang harus disyukuri. Bukan mengidam-ngidamkan yang dimiliki orang lain,” tutur beliau penuh wibawa.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Pakamban Laok, Kecamatan Pragaan ini melanjutkan dari kitab yang dibacanya, bahwa cara mendapatkan Qana’ah adalah dengan meninggalkan yang diinginkan oleh nafsu.
“Tentu yang diingini nafsu yang enak bagi perasaan kita,” tambah beliau memperjelas.
Beliau lalu bercerita gurunya Almaghfurlah KH. Ahmad Basyir Abdullah Sajjad Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Latee, jika beliau makan mulai terasa enak dan nikmat, beliau segera berhenti makan. Hal ini katanya dijalani beliau sejak masih mondok di Pondok Pesantren Sidogiri. Beliau, katanya ingin mengajari diri untuk tidak menuruti hawa nafsu, termasuk dalam hal mencari nikmatnya makan.
“Jadi, agar qana’ah, maka kita harus meninggalkan apa saja yang diinginkan oleh nafsu kita,” tegasnya.
Kedua, agar Qana’ah kita harus meninggalkan yang megah-megah, baik dalam berpakaian, makanan maupun rumah tempat tinggal.
Bahkan, qana’ah dalam hal makanan, terminologi 4 sehat 5 sempurna dalam pandangan ulama tasawuf tak selalu benar.
Bukan hanya makanan, qana’ah dalam hal berpakaian juga perlu diperhatikan. Beliau menyebut seorang guru beliau yaitu Almaghfurlah KH. Ahmad Fauzi Sirran Pengasuh Pondok Pesantren Al Ihsan, Jaddung, Pragaan hanya punya dua baju. Yakni satu yang dipakai, dan sisanya yang sedang dicuci.
“Kalau ada orang memberi baju lebaran kepada beliau, beliau berikan lagi kepada orang lain,” tutur beliau menceritakan kesederhanaan gurunya.
Qana’ah juga dalam hal rumah tangga. Kediaman diusahakan sesederhana mungkin. Beliau meneruskan peringatan gurunya KH. Ahmad Fauzi Sirran bahwa, orang seperti kita yang banyak diikuti warga lain, kalau buat rumah jangan terlalu mewah, kalau buat rumah terlalu bagus bisa dosa. Kenapa dosa? karena bisa membangkitkan selera orang yang yang tidak mampu punya keinginan yang sama.
Dalam kitab Adzkiya’ tersebut dikatakan bahwa, orang yang mencari sesuatu yang tidak penting, maka akan kehilangan sesuatu yang penting. Guru senior Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah tersebut mencontohkan bahwa buat rumah megah tak terlalu penting, adapun ibadah hal penting.
“Kalau yang dikejar semata rumah megah maka biasanya ibadahnya bisa hilang dan tertinggal,” ujarnya menjelaskan isi kitab.
Dulu, kata beliau orang bersusah payah menyalakan lilin untuk membaca Al-Qur’an, tapi ketika sudah ada gemerlap listrik seperti sekarang ini justru lampu penerang banyak digunakan bukan untuk membaca Al-Qur’an tapi untuk menonton televisi dan internet.
“Jika terlalu mementingkan yang tidak penting, maka hal utama yang memang penting akan hilang dan tertinggalkan,” pungkasnya.
Pewarta: K. Ach Subairi Karim
Editor: Ibnu Abbas