Image Slider

Seni Mengelola Emosi: Energi Positif untuk Masa Depan Lebih Baik

Mengubah perasaan negatif menjadi positif membutuhkan usaha dan kejernihan berpikir agar dapat dikelola dengan baik. Kondisi pikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman terakhir yang ia rasakan. Setiap kali mengingat seseorang, yang pertama muncul dalam benak adalah perasaan terakhir yang pernah dirasakan terhadapnya.

Sebagai contoh, dua orang yang telah lama berteman akrab kemudian mengalami perselisihan. Ketika kedekatan mereka memudar, pikiran secara spontan menghapus kenangan baik dan hanya berfokus pada perasaan terakhir yang tersisa. Hal ini terjadi karena manusia cenderung hanya mengingat kesan terakhir dalam hubungannya dengan orang lain. Akibatnya, pertemanan pun berakhir. Oleh karena itu, mulailah langkah pertamamu dengan kepemimpinan yang bijak dan cerdas, agar mampu mengelola emosi serta menjaga hubungan dengan baik.

Mengelola perasaan dengan bijak sangatlah penting, terutama karena perasaan dapat dengan mudah berpindah dari satu situasi ke situasi lainnya. Setiap pengalaman bermula dari pancaindra, kemudian tersimpan dalam otak dan dikategorikan dalam memori sebagai “file pikiran.” Jika susunan pengalaman ini berubah, maka persepsi terhadapnya pun ikut berubah.

Sebagai contoh, ketika seorang pramugari mengumumkan bahwa penerbangan tertunda selama tiga jam, para penumpang mungkin merasa kesal dan melampiaskan kekesalan mereka padanya. Padahal, ia bukanlah penyebab penundaan, bahkan bukan pula orang yang mengendalikan pesawat. Namun, karena ia yang menyampaikan berita buruk, maka perasaan negatif pun tertuju padanya. Ini menunjukkan bahwa perasaan bisa berpindah secara tidak sadar.

Ketika menghadapi situasi seperti itu, para penumpang duduk dengan gelisah dan marah. Jika seseorang menawarkan minuman kepada mereka, kemungkinan besar mereka akan menolak dengan ketus. Contoh lain, seseorang yang bertengkar dengan istrinya di rumah bisa saja membawa amarahnya ke tempat kerja, lalu melampiaskannya kepada rekan-rekannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena emosi yang belum terselesaikan cenderung berpindah ke situasi lain.

Solusi terbaik dalam menghadapi hal ini adalah dengan menguasai diri dan mampu mengendalikan perasaan. Sebab, saat seseorang sedang marah, pikirannya menjadi kabur, kata-katanya sulit dipahami, dan emosinya tidak terkendali. Jika mereka melihat diri mereka sendiri di cermin dalam keadaan tersebut, mungkin mereka akan tersadar dan berhenti marah.

Mengendalikan perasaan berarti mengendalikan hidup. Oleh karena itu, melatih kesadaran diri dalam mengelola emosi sangatlah penting. Kita harus mampu memilih bagaimana ingin merasakan sesuatu, bukan membiarkan faktor eksternal menguasai perasaan kita.

Perasaan harus selalu dijaga agar tetap positif, apa pun kondisi, tantangan, maupun pengaruh dari lingkungan sekitar.

Sebagai contoh, bayangkan suatu hari kamu pergi bersama teman untuk menghabiskan waktu dengan menyenangkan. Namun, di tengah kebersamaan itu, terjadi perselisihan pendapat yang membuatmu kesal dan memilih pergi. Dalam pikiranmu, temanmu adalah penyebab waktu berharga tersebut terbuang sia-sia.

Saat itu, otak secara otomatis mencari pembenaran dan memperkuat perasaan negatif yang muncul. Segala hal baik tentang temanmu terabaikan, sementara semua kenangan buruk tentangnya, bahkan sejak dulu, seakan terbuka kembali. Akibatnya, hanya sisi negatif yang tampak, membuat perasaan semakin buruk. Inilah mengapa penting untuk selalu mengelola perasaan dengan bijak, agar tidak terjebak dalam pikiran negatif yang justru merugikan diri sendiri.

Dikisahkan tentang seseorang yang memiliki sifat mudah marah. Suatu hari, ia mendatangi seorang dokter dan berkata, “Dokter, saya mudah tersulut emosi. Tolong bantu saya agar bisa terbebas dari sifat ini.”

Mendengar keluhannya, sang dokter menatapnya lalu berkata, “Wajahmu mengingatkanku pada seseorang yang sangat tolol.” Orang itu terkejut dan langsung merespons, “Apa maksudmu?” Dokter pun menimpali sambil tersenyum, “Saya hanya mengungkapkan apa yang saya rasakan.”

Semakin lama, orang itu merasa tersinggung dan mulai marah. Saat itulah dokter berkata, “Sekarang, cobalah lakukan sesuatu. Saya ingin melihat bagaimana ekspresi marahmu agar bisa memberikan solusi yang tepat. Saya perlu memahami apa yang ada dalam pikiranmu saat amarah muncul. Apa arti ‘marah’ bagimu? Bagaimana kamu mengekspresikannya melalui gerakan tubuh dan mimik wajah? Apa yang kamu katakan pada dirimu sendiri dalam keadaan seperti ini? Semua itu harus diungkapkan.” (hlm. 19)

Dengan cara tersebut, dokter menguji pasiennya dengan sengaja membangkitkan emosinya terlebih dahulu. Dari situ, ia dapat memberikan solusi yang lebih akurat. Kisah ini menunjukkan bahwa perasaan—terutama kemarahan—bisa menjadi pemicu berbagai konflik, mulai dari pertengkaran hingga perceraian, bahkan dapat berdampak pada kesehatan. Oleh karena itu, mengelola emosi dengan baik adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih harmonis dan sehat.

Perasaan kita merupakan cerminan dari keadaan pikiran—apakah sedang dalam kondisi positif atau negatif. Positive feeling dan positive thinking memiliki keterkaitan yang erat, sehingga perlu dikelola dengan baik agar dapat menjadi sumber energi yang membawa kebahagiaan serta kesuksesan dalam hidup.

Seseorang mungkin memiliki pola pikir yang positif, tetapi dalam situasi kritis atau di bawah tekanan, pikiran positif tersebut sering kali menghilang. Misalnya, ketika marah atau cemburu, akal sehat bisa terganggu, bukan? Ini karena gejolak emosi cenderung muncul lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan dengan pikiran rasional. Perasaan ibarat bahan bakar dalam kehidupan—tanpanya, seseorang sulit untuk bergerak dan menjadi pribadi yang aktif. Namun, perasaan juga memiliki dampak yang besar. Jika tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara psikologis maupun fisik. Bahkan, perasaan bisa memengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengelola kekuatan emosi ini agar lebih positif dan produktif.

Dalam kehidupan, tidak semua hal berjalan sesuai harapan. Namun, dengan membiasakan diri melihat sisi positif dari setiap kejadian, kita dapat menciptakan hidup yang lebih sehat, bahagia, dan penuh makna.

Judul: Master Your Feeling
Cara Sederhana Mengelola Kekuatan Perasaan untuk Meningkatka Ketenangan dan Kesuksesan
Penulis: Ibrahim Elfiky
Penerbit: Qaf
Cetakan: Desember 2024
Tebal: 212 halaman
ISBN: 978-602-5547-07-2

*Amrullah, Gapura Sumenep.

ADVERTISIMENT

sosial mediaFollow!

16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan

Rekomendasi

TerkaitBaca Juga!

TrendingViral!

TerbaruBaca Juga