Giliraja, NU Online Sumenep
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Giliraja menggelar shalat istisqa di Lapangan Samudera, Desa Banbaru, Pulau Giliraja, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Jumat (22/12/2023) pagi. Shalat istisqa ini diikuti kurang lebih 500 warga setempat.
Mustasyar MWCNU Giliraja, Kiai Subhan Khatib menjelaskan, shalat istisqa ini bukan sekadar dalam rangka memohon agar hujan segera turun hujan. Lebih dari itu, juga sebagai momentum refleksi atas segala tingkah laku keseharian masyarakat Giliraja.
“Kita harus sadar bahwa kita telah banyak melakukan maksiat. Mari kita bertaubat dan menyesal atas kesalahan yang telah kita perbuat,” ungkap Kiai Subhan dalam khotbahnya.
Akhir-akhir ini, ucap Kiai Subhan, sudah banyak umat manusia yang secara terang-terangan melakukan perbuatan dosa. Ada yang mabuk-mabukan, terjebak judi online, dan segala tindakan maksiat lainnya.
“Itu semua sudah pasti menjadi penghalang turunnya rahmat Allah, termasuk terhalang turunnya hujan,” terangnya.
Ia mengatakan, beberapa tahun yang lalu Pulau Giliraja ini telah dideklarasikan sebagai ‘Pulau Shalawat’. “Oleh karena itu, kita harus mewujudkan cita-cita mulia bersama itu dengan istiqamah membaca shalawat dan istighfar,” ajaknya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua MWCNU Giliraja Kiai Ach Fauzan mengimbau kepada seluruh warga Giliraja agar bersama-sama merawat Pulau Giliraja dengan cara berbuat kemaslahatan, baik di darat ataupun di laut.
“Sudah sepantasnya sadar dan mawas diri. Apapun yang menimpa kita, semuanya karena ulah perbuatan kita,” ujar Kiai Fauzan.
Kiai Fauzan pun mengingatkan agar semua pihak hendaknya introspeksi. “Kalau misalnya rahmat berupa hujan ini sangat minim di Giliraja, ini merupakan teguran agar kita saling mengingatkan untuk semakin dekat dengan sang Pencipta,” pungkasnya.
Pantauan NU Online Sumenep dan penuturan beberapa warga Giliraja, sepekan lebih Pulau Giliraja tak kunjung diguyur hujan. Hal ini berimbas pada tanaman jagung banyak yang sudah mengering. Para petani diperkirakan akan menanam lagi karena faktor hujan yang minim.
Editor: A. Habiburrahman